A.
ARTI DAN DEFINISI
JURNALISTIK
Jurnalistik berasal dari kata journ yang dalam bahasa Perancis artinya adalah catatan atau
laporan harian. Dengan arti tersebut jurnalistik dapat dipandang sebagai
kegiatan yang mungkin pers dan media massa bekerja dan diakui dengan baik.
Dalam kamus dan leksikon
komunikasi, jurnalistik adalah sebuah kegiatan atau pekerjaan mengumpulkan,
menulis, menegedit, menyebarkan berita, surat kabar majalah dan media massa
yang lainya. Tetapi di dalam ensiklopedia jurnalisik sebuah profesi yang
mengupayakan penyajian sebuah informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari.
Dalam buku ini pun tertera definisi-definisi mengenai apa itu jurnalistik dn
telah disimpulkan oleh sang penulis di dalam bukunya.
Dalam buku ini penulis menyimpulkan bahwa “secara teknis,
jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, menngumpulkan, menyajikan,
mengolah, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya”.
B.
BENTUK JURNALISTIK
Jurnalistik dibagi dalam tiga bagian, yang pertama
jurnalistik media cetak, meliputi surat kabar harian seperti koran, dan ada
juga yang berupa tabloid ataupun majalah. Pada jurnalistik bagian ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu verbal dan visual. Menekan kan kemampuan
merangkai kalimat atau paragraf yang efektif dan komunikatif, kempuan dalam
manata dan mendesain suatu hal yang menyangkut sebuah tatak letak. Karena dalam
media cetak terpaku dengan tulisan dan sebuah gambar, dalam media ini kita
tidak hanya harus jelas dan benar tetapi kita pun harus membuatnya lebih
menarik dan meningkatkan keinginan untuk membaca alias tidak membosankan.
Yang kedua jurnalistik media elektronic audiovisual berupa
radio siaran. Jurnalistik ini dipengaruhi oleh faktor verbal, teknologikal, dan
fisikal. Dalam media ini harus memiliki kemampuan berbicara secara efektif dan
komunikatif tapi tidak membosankan kepada para pendengarnya ataupun lawan
bicaranya. Media ini didukung oleh teknologi daya pancar radio yang mumpuni
untuk menyebakan berita ata informasi.
Yang ketiga jurnalistik media audiovisual berupa televisi dan
media sosial atau media online. Gabungan dari verbal, visual, teknologikal dan
dramatikal. Media ini memanfaatkan pancaindra para khalayak.
C. PRODUK JURNALISTIK
Berita dan opini adalah sebuah produk jurnalistik. Untuk
memimasahkan antar berita dan opini maka diberikan sebuahbhalamn khusus untuk
sebuah opini yang biasa disebuat opinion
page. Disini penulis buku ini pun menuliskan sebuah alasan mengapa berita
dan opini harus dipisahkan, ini alasanya “pemisahan secara tegas berita dan
opini tersebut merupakan konsekuensi dari norma dan etika luhur jurnalistik
yang tidak mengkehendaki berita sebagai fakta objektif, diwaranai atau
dibaurkan dengan opini sebagai pandangan sifatnya subjektif.
D. SEKILAS PERKEMBANGAN JURNALISTIK
Hamzah dkk(1987: 29-30) berkata bahwa pada zaman Romawi lahir
wartan-wartawan pertama. Wartawan ini adalah budak belian yang oleh pemiiknya
ditugaskan untuk mencari informasi, berita, menghadiri sidang senat dan
melaporkan hasilnya secara baik.
Dan hamzah pula menceritakan surat kabar cetakan baru
diterbitkan pada tahun 911 di China. Di Eropa pada tahun 1617 terbit selebaran
dengan teratur 8-9 hari sekali. Di Jerma surat kabar yang pertama terbit
bernama Avisa Relation Order Zeitung pada tahun 1609. Di Belanda surat kabar
tertua yaitu Courante Uyt Italien en Duytschland pada tahun 1618. Di Inggris
surat kabar pertama bernama Curant of General News pada tahun 1662. Di Perancis
surat kabar pertama yaitu Gasette de France pada tahun1631.
Menurut guru sang penulis buku, di Indonesia jurnalistik pers
mulai dikenal pada abad 18, tepatnya pada tahun 1744, ketika sebuah surat kabar
bataviasche Nouvelles diterbitkan dengan
penguasaan orang belanda.
Pada abad 20 menurut guru
besar ilmu komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung itu adalah sejarah
Jurnalistik Pers Indonesia yang ditandai dengan munculnya surat kabar milik
bangsa Indonesia. Nama surat kabarnya adalah Medan Prijaji yang diterbitkan di
Bandung. Surat kabar ini dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisurdjo atau
sering disebut Raden Mas Djokomono pada tahun 1907. (Effendy, 2003: 104-105).